Sunday, February 28, 2016

INDONESIA SCOUT JOURNALIST - Berthold Berty Sinaulan

Ada Apa dengan ISJ?
ISJ adalah singkatan dari Indonesia Scout Journalist, komunitas pewarta Pramuka yang terbuka bagi Pramuka maupun non-Pramuka. Tujuan dibentuknya ISJ adalah untuk membangkitkan minat jurnalistik di kalangan anggota Pramuka, dan juga membangkitkan minat para pewarta non-Pramuka untuk lebih banyak memberitakan dan mempublikasikan berbagai hal yang terkait aktivitas kepramukaan.

Sasarannya, agar lebih banyak publikasi terkait aktivitas kepramukaan yang menyebar di kalangan masyarakat. Sehingga masyarakat lebih mengenal dan senantiasa teringat tentang kepramukaan. Bukan sekadar kegiatan ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, tetapi banyak lagi kegiatan kepramukaan lainnya. Lewat cara itu, diharapkan meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap Gerakan Pramuka maupun “dunia” kepramukaan umumnya.

Seperti kata pepatah “tak kenal maka tak sayang”, maka dengan semakin dikenalnya Pramuka, diharapkan masyarakat semakin sayang pada Pramuka. Bila telah sayang, tentu masyarakat akan ikut menjaga dan tak segan membantu kegiatan-kegiatan kepramukaan, yang membantu membentuk karakter anak dan remaja menjadi manusia yang lebih baik.

Itulah awalnya ISJ dibentuk oleh saya seorang Pewarta dan juga Pelatih Pembina Pramuka (Berthold Sinaulan) dengan seorang fotografer yang senang kepramukaan, Kak R. Andi Widjanarko. Belakangan, ikut bergabung pula sebagai pendiri komunitas itu adalah Kak Djoko AW (Surabaya), Kak Taufik Umar Prayoga (Bogor), dan Kak Paklong Pradana atau Kak Harmidi (Kepulauan Riau). Selain Kak Andi Widjanarko, para pendiri komunitas ISJ lainnya masih aktif sebagai anggota Gerakan Pramuka.

Kak Andi Widjanarko kemudian mendesain dan mencetak badge ISJ. Tujuannya sebagai tanda pengenal antaranggota komunitas. Namun karena badge ini bukan badge resmi Gerakan Pramuka, maka sejak awal telah ditekankan tidak boleh dijahit atau dipasang di seragam Gerakan Pramuka. Silakan saja dijahit di rompi, baju lapangan, atau baju lainnya yang bukan seragam resmi Gerakan Pramuka.

Penekanan ini berulang kali ditegaskan, juga untuk menjaga citra ISJ. Jangan gara-gara badge ISJ tertempel di seragam Gerakan Pramuka, nanti ada yang menegur dan mempertanyakan keberadaan ISJ. Hal ini tentunya dapat mengganggu upaya ISJ yang tujuan awalnya untuk membantu Gerakan Pramuka khususnya dan “dunia” kepramukaan umumnya, bisa-bisa karena salah paham justru dianggap “mengacaukan” Gerakan Pramuka.

Ada tiga badge ISJ sejenis, dengan perbedaan pada garis pinggir (border), yaitu ungu, kuning, dan merah. Awalnya, Kak Andi Widjanarko membuat itu hanya untuk melihat perbandingan warna. Namun kemudian diusulkan agar badge ungu dipakai untuk anggota komunitas yang dewasa di atas 25 tahun, lalu badge kuning untuk mereka yang usia SMA dan Perguruan Tinggi, dan badge merah untuk yang lebih muda lagi.

Akan tetapi, muncul fenomena yang patut diutarakan. Tiba-tiba muncul badge ISJ palsu yang tertempel di seragam Gerakan Pramuka. Disebut palsu, karena bukan badge ISJ yang dikeluarkan resmi dari komunitas, namun merupakan badge yang dibuat menyerupai badge resmi dan asli dari ISJ. Dari tiga jenis badge yang dibuat berbeda pinggirnya, ada dua yang dipalsukan, yang pinggir ungu dan pinggir kuning. Sebenarnya hal ini agak mengherankan, kenapa tiba-tiba ada yang membuat badge-badge palsu semacam itu? Apakah hanya untuk sekadar membangga-banggakan diri?

Padahal dari pengamatan, sebenarnya cukup banyak komunitas-komunitas yang terkait dengan aktivitas kepramukaan. Ada komunitas Pramuka Buku Hidup (Prabuhi) yang mengembangkan kegemaran membaca, Scout Riders Indonesia (SRI) yang mengembangkan aktivitas bersepeda motor taat aturan lalu-lintas, Pramuka Peduli Budaya yang mengembangkan kegiatan seni budaya, bahkan juga sebelum itu telah ada komunitas Gugusdepan Online (GOL), komunitas Pramuka yang berdiskusi berbagai hal tentang kepramukaan secara online dengan memanfaatkan media sosial yang ada.

Uniknya, dari komunitas-komunitas yang sudah disebutkan itu, tidak pernah terdengar ada yang memalsukan badge lambang komunitas masing-masing. Justru ISJ yang tergolong komunitas baru karena baru ada sejak 14 Agustus 2015, malah badge-nya sudah dipalsukan.

Fenomena yang patut dicermati ini, semoga dapat pula diatasi sebaik mungkin. Sekali lagi, badge ISJ hanya tanda pengenal bukan tanda jabatan atau tanda pangkat atau tanda penghargaan. Selain itu, cara pemasangannya pun ditegaskan tidak dipasang di seragam Gerakan Pramuka. Pertama, karena anggota ISJ selain Pramuka juga ada yang non-Pramuka. Kedua, karena badge itu bukan badge resmi Gerakan Pramuka.

ISJ hanya ingin membantu mempublikasikan dan mempromosikan Gerakan Pramuka, dan badge yang dibuat – sekali lagi – hanya tanda pengenal biasa. Tidak ada manfaatnya dipalsukan, apalagi dijahit di seragam Gerakan Pramuka. Badge biasa, yang bisa saja kemudian dinyatakan tidak dijadikan lagi badge pengenal, dan diganti dengan badge lain. Kalau sudah begitu, ‘kan repot tiap kali ganti badge, tiap kali pula dipalsukan. Sudahlah.

Friday, February 26, 2016

JAMBORE PRAMUKA 2016 di Cibubur

DEMAM JAMBORE
Sepulang dari tugas mulia, sebagai prajurit yang disegani ini segera menorehkan gagasannya,. Gagasan ingin membuat “miniatur tentara kecil” anak-anak laki-laki yang usianya antara 11 hingga 16 tahun diajak untun “adventure’, pejelajah dengan terbatas. Tentunya memilki maksud hebat, yang menanamkan jiwa kesatria sedari muda belia. Anak-anak tidak boleh lepas dari pengalaman di alam bebas, mencintainya lalu menjaga kelestariannya. Baden Powell sang prajurit itu, ingin anak-anak belia itu kelak menjadi manusia yang manusia, mereka bahagia, sehat, dan trampil dalam “prakarya”. Pengalaman Baden Powell memotret kejadian berbagai kejadian, lalu diputar ulang dengan mengajar anak-anak yang saat ini tidak genap sampai 10 orang, dan lama-lama bertambah yang meminatinya.
Ketika Baden Powell melihat Axis Mundi (temput kumpul) orang-orang suku Kenya –Afrika Selatan, nampak suku itu gembira ria sambil memutari totem sebagai axis mundi mereka. Ketika malam hari tiba mengusir dingin yang menusuk nusuk tulang, mereka mengitari api unggun sambil bernyanyi bersautan, seperti suara canon paduan suara. Pertemuan sukupun (jamboree) sering dilakukan untuk menerawang alam dan saling tukar pengalaman.
Terminologi jambore hingga saat ini diartikan sebagai pertemuan atau ajang pertemuan bukan salah makna, bahkan istilah Jamboree tidak lagi jadi monopoli milik pramuka, semua menggunakan istilah Jambore untuk ajang pertemuan.
Kini Pramuka Indonesia, akan menyelenggarakan Jambore 2016, diladang gladi pramuka Bumi perkemahan Cibubur. Tentu saat ini semuanya sudah demam mempersiapkan diri dengan berbagai upaya. Munculnya badge dengan sarwa warna dan makna telah nampak memenuhi laman sosial media. Badge kontingen telah dilombakan, kepanitian diberbagai kwartir mulai dibentuk, bahkan para pembisnis mulai menghitung-hitung keikutsertaan dengan raihan benefit yang, menggiurkan.
Orang semakin paham bahwa Jambore adalah aktivitas Pramuka yang dapat dijadikan apa saja, bisa berdampak mulia, dan kadang berimbas jadi wahana yang menguntungkan bagia orang lain. Kita akan mulai mengalkulasi berapa jumlah T-Shirt yang nanti hadir di aktivitas ini, lalu berbagai varian pernik-pernik juga akan bertebaran di tengah-tengah perkemahan. Ratusan juta bahkan milyard akan dikeluarkan untuk penghelatan ini. Tentu kita harus memanfaatkan ini, tidak hanya pesta tapi mengisi karakter kesatria para pramuka muda belia.
Sudah pasti, dan akan muncul barter badge antar kontingen, lalu saling menukar kekhasan daerah, berbagi sticker muncul, pernik-pernik menjadi alat tukar yang menyenangkan. Deman semacam ini akan berlangsung lama, bahkan hingga setahun setelah jambore usai berlangsung.
Aktivitas menyenangkan akan tiba, sepulang dari Jamboree ada penyakit baru, yakni menjadikan baju seragam pramuka menjadi kolase tempat memarkir berbagai badge sebanyak-banyaknya. Jangan ditegur mereka masih senang, mereka masih deman, sesungguhnya pramuka itu mempunyai penyakit yang sama, hanya kita yang jarang paham, dan sulit memaafkan.

BADGE INDONESIA SCOUT JOURNALIST DIPALSUKAN

KETIKA BADGE ISJ DIPALSUKAN:

Langkah awal itu bermula, dikreasinya sebuah badge oleh tangan trampil dari ide cerdas, seorang-orang yang secara kebetulan suka akan dunia foto memoto. R. Adi Widjanarko. Dari pernik-pernik pramuka yang dikoleksinya, berbagai item memorabilia yang bertahun tahun dikumpulkannya, juga menjadi pendorong niat lahirnya komunitas Scout Journalist.
Niatan baik itu berbuah, kini banyak orang mengenalnya, badge itu merambah hingga titik terluar Nusantara. Namun juga sempat memunculkan kerikil tajam yang bisa mendorong lahirnya debat panjang, ini karena ada sebuah keunique dikalangan anggota pramuka. Apalagi Pramuka Penggalang, usia yang sangat khas. Penggalang itu sangat “doyan” terhadap simbul-simbul dan badge, dan jangan disalahkan. Baden Powell memang spesial membuat anak usia penggalang gandrung dengan badge, ini fenomena mendunia, bahkan menjadi watak yang khas. Dari watak khas itu mendarah daging hingga mereka beranjak dewasa di usia Rover Scout.
Gandrung badge, atau symbol-symbol, bahkan pramuka dunia gandrung pada scraf, atau yang lainnya. Sifat inilah kadang membuat orang menjadi sewot melihatnya, banyak uniform pramuka dengan pernik pernik yang macam-macam, dan tidak diketahu jluntrungnya.
Rupanya kehadiran badge ISJ juga terimbas, kini badge itu menghiasi seragam pramuka, yang seharusnya tidak demikian. Lalu secara terburu kita mengambil tindakan, dengan teguran keras, jauh dari kesatunan adat kepramukaan. Tidak tidak boleh keliru melihat fenomena ini. Tidak boleh mempresepsikan yang sangat berlebih, pramuka tidak akan hancur berkeping-keping akibat kesalahan memasang badge itu. ........., itu karena kurang paham.
Badge ISJ sangat menarik itu harus diakui, ini telah dilakukan penelitian, dari sisi proporsi, desain, bahkan makna etistikanya. Sangat dahsyat. Bahkan kini telah sengaja dipalsukan oleh beberapa orang-orang yang tidak tanggung jawab, sekarang menjadi badge yang laris manis. Keadaan ini juga terespon oleh para pedagang pernik-pernik pramuka. Tentu kawan-kawan founders tidak bisa serta merta melihat secara keseluruhan, hanya menghimbau adik-adik, lalu menjelaskannya.
ISJ hadir dengan niatan yang baik, ikhlas, jujur ingin menjadi komunitas yang ULUR TANGAN, bukan CAMPUR TANGAN. Semunya demi Praja Muda Karana, agar maxima menyedot mata dunia.
Tidak terbersit apa, apa, kami semua menghormati pramuka, itu jika kami diizinkan mengabdikan diri dengan penuh suka dan relanya kami. Jika itu masih terjadi, saya Djoko Adi Walujo sebagai salah satu pendiri ISJ, mohon maaf, saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan. Sekali lagi mohon maaf, dan perkenankan kami untuk membuat Pramuka Indonesia ber Performa Maxima.
Sebuah fenomena yang mengagetkan, ketika muncul sebuah komunitas, yang menaruh perhatian dengan niatan yang maha dahsyat. Satu niatan dengan jutaan harapan agar Pramuka tampil di dunia maya dalam Perfoma yang maxima. Harapan itu adalah, ketika beraktivitas, selalu terunggah dalam sosial media, kemudian terdokumentasi dengan sempurna. Ragam aktivitasnya masuk dalam unggahan yang berkualita cantik, sehingga mata dunia melirik. Ya semua anak didik Baden Powell yang ada di Nusantara tercinta ini, menjadi bahan bicara Pramuka dunia.

SERI PERINGATAN (4):
Buku yang membentangkan peringatan 75 tahun Kepanduan. Buku ini diterbitkan oleh Penerbitan Kwarnas. Isi menggambarkan perjalanan sejarah gerakan Kepramukaan.

SERI PERINGATAN (3):
Diterbitkan untuk memeringati HUT 40 Gerakan Pramuka, rupanya Perusahaan minyak plat merah yang meseponsori lahirnya buku ini. Poppy Darsono seorang -orang selebritis juga mengawal lahirnya buku ini.

12 TAHUN PANDU RAKYAT KWARTIR CABANG MALANG

SERI PERINGATAN (2)
Buku ini diterbitkan dalam rangka peringatan 12 Tahun Pandu Rakyat yang dilaksanakan oleh Cabang Malang. Luar biasa, Kwartir Cabang di zaman itu kreativitas sangat luar biasa, sempat mengeluarkan buku semacam ini. ....Nah inilah sebuah daya juang, dan semangat kesukarelaan, yang sulit ditemui di era kini. Padahal percetakan tidak sebanyak saat ini, tapi mereka bisa, lalu pertanyaannya, mengapa kita tidak bisa?

5 TAHUN PANDUK RAKYAT INDONESIA

SERI PERINGATAN (1) :
Buku ini membentangkan perjalanan Pandu Rakyat, "5 Tahun Pandu Rakyat", kondisi fisik buku sudah rusak berat, setiap diangkat, atau dipindahkan selalu ada yang rontok, serpihan serpihan dari buku ini jatuh. Jadi harus ada perawatan ekstra untuk buku ini. Pemilik pertama, KI Himodigdoyo Pujowinatan PA II/188 Yogyakarta. Direbitkan oleh Badan Penerbit Pandu Rakyat Indonesia, Tahun 50. SElamat menikmati. (catatan: setiap membaca/membuka buku ini selalu menggunakan masker)

Tuesday, February 23, 2016

TELKOM PEDULI PRAMUKA

KARTU TELEPON PRAMUKA(1) :
Tahun 90 an kita sangat akrab dengan kartu telepon, bermacam-macam kartu telepon dengan berbagai varian foto. Banyak orang gandrung mengoleksi, serta merta lahir komunitas penghobi baru, koleksi kartu telepon. Termasuk Kafe Buku Pak Aw keranjingan mengoleksi, ternyata kegiatan pramuka juga menarik dijadikan obyek gambar/foto kartu tersebut. (Kartu telepon berikut adalah kegiatan cub scout New Zeland)
 KARTU TELEPON RAIMUNA VII (Biru)
sungguh merupakan kebanggan bagi pramuka Indonesia, banyak event-event spesialnya didokumentasikan dalam kartu telepon. Seperti kegiatan Raimuna VII Cibubur, 1 - 10 Juli 1997. Kartu telepon ini bernilai 100 unit, dikeluarkan oleh Telekom Indonesia
KARTU TELEPON RAIMUNA VII (Kuning)
Menyelamatkan sebuah kegiatan memang tihak harus dengan membuat monumen, atau difoto, namun bisa juga lewat perangko. Termasuk kegiatan Raimuna VII sembilan belas tahun yang lalu. Selamat menikmati
 KARTU TELEPON JAMBORE 1996 (putih)
Ada dua warna kartu telepon Jambore 1996, yang satu berwarna putih, satu lagi berwarna Hijau. Kartu itu sangat diminati oleh para kolektor, karena sudah tidak lagi difungsikan, sisi lain sudah menjadi barang langka. Melalui kartu ini dapat disimpulkan bahwa telekom memilki kepedulian Terhadap pramuka. Terima Kasih Telekom