Friday, February 26, 2016

BADGE INDONESIA SCOUT JOURNALIST DIPALSUKAN

KETIKA BADGE ISJ DIPALSUKAN:

Langkah awal itu bermula, dikreasinya sebuah badge oleh tangan trampil dari ide cerdas, seorang-orang yang secara kebetulan suka akan dunia foto memoto. R. Adi Widjanarko. Dari pernik-pernik pramuka yang dikoleksinya, berbagai item memorabilia yang bertahun tahun dikumpulkannya, juga menjadi pendorong niat lahirnya komunitas Scout Journalist.
Niatan baik itu berbuah, kini banyak orang mengenalnya, badge itu merambah hingga titik terluar Nusantara. Namun juga sempat memunculkan kerikil tajam yang bisa mendorong lahirnya debat panjang, ini karena ada sebuah keunique dikalangan anggota pramuka. Apalagi Pramuka Penggalang, usia yang sangat khas. Penggalang itu sangat “doyan” terhadap simbul-simbul dan badge, dan jangan disalahkan. Baden Powell memang spesial membuat anak usia penggalang gandrung dengan badge, ini fenomena mendunia, bahkan menjadi watak yang khas. Dari watak khas itu mendarah daging hingga mereka beranjak dewasa di usia Rover Scout.
Gandrung badge, atau symbol-symbol, bahkan pramuka dunia gandrung pada scraf, atau yang lainnya. Sifat inilah kadang membuat orang menjadi sewot melihatnya, banyak uniform pramuka dengan pernik pernik yang macam-macam, dan tidak diketahu jluntrungnya.
Rupanya kehadiran badge ISJ juga terimbas, kini badge itu menghiasi seragam pramuka, yang seharusnya tidak demikian. Lalu secara terburu kita mengambil tindakan, dengan teguran keras, jauh dari kesatunan adat kepramukaan. Tidak tidak boleh keliru melihat fenomena ini. Tidak boleh mempresepsikan yang sangat berlebih, pramuka tidak akan hancur berkeping-keping akibat kesalahan memasang badge itu. ........., itu karena kurang paham.
Badge ISJ sangat menarik itu harus diakui, ini telah dilakukan penelitian, dari sisi proporsi, desain, bahkan makna etistikanya. Sangat dahsyat. Bahkan kini telah sengaja dipalsukan oleh beberapa orang-orang yang tidak tanggung jawab, sekarang menjadi badge yang laris manis. Keadaan ini juga terespon oleh para pedagang pernik-pernik pramuka. Tentu kawan-kawan founders tidak bisa serta merta melihat secara keseluruhan, hanya menghimbau adik-adik, lalu menjelaskannya.
ISJ hadir dengan niatan yang baik, ikhlas, jujur ingin menjadi komunitas yang ULUR TANGAN, bukan CAMPUR TANGAN. Semunya demi Praja Muda Karana, agar maxima menyedot mata dunia.
Tidak terbersit apa, apa, kami semua menghormati pramuka, itu jika kami diizinkan mengabdikan diri dengan penuh suka dan relanya kami. Jika itu masih terjadi, saya Djoko Adi Walujo sebagai salah satu pendiri ISJ, mohon maaf, saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan. Sekali lagi mohon maaf, dan perkenankan kami untuk membuat Pramuka Indonesia ber Performa Maxima.
Sebuah fenomena yang mengagetkan, ketika muncul sebuah komunitas, yang menaruh perhatian dengan niatan yang maha dahsyat. Satu niatan dengan jutaan harapan agar Pramuka tampil di dunia maya dalam Perfoma yang maxima. Harapan itu adalah, ketika beraktivitas, selalu terunggah dalam sosial media, kemudian terdokumentasi dengan sempurna. Ragam aktivitasnya masuk dalam unggahan yang berkualita cantik, sehingga mata dunia melirik. Ya semua anak didik Baden Powell yang ada di Nusantara tercinta ini, menjadi bahan bicara Pramuka dunia.

No comments:

Post a Comment